Pertengahan April lalu, kami disuguhi berita via grup what’s app sekolah, tempat putra kami belajar bahwasanya untuk tahun ajaran baru iuran bulanan naik dengan tiga pilihan berdasarkan kemampuan orang tua, mulai dari kenaikan 25 persen, 50 persen, dan 75 persen. Yang paling membuat kaget adalah biaya daftar ulang tahunan yang juga naik di kisaran tujuh puluh lima persen. Bagaimana tidak membuat kaget, enam digit angka itu lumayan membuat penar kepala karena naik begitu signifikan, tidak bisa dicicil, terlebih di tengah wabah corona yang berimbas ke masalah ekonomi banyak warga negara Indonesia.
Dinamika Sekolah di Swasta
Denyar-denyar kepala ini ternyata tidak hanya dirasakan sendiri, di grup what’s app sesama orang tua, berita ini membuat riuh suara hampir seluruh orang tua murid, bahkan beberapa sampai melontarkan kata-kata yang mungkin tidak terkontrol, meluapkan emosi, menganggap betapa tidak bijaknya sekolah mengambil keputusan di tengah situasi ekonomi yang sedang terpuruk seperti ini.
Sayangnya sekolah tetap bersikukuh dengan keputusan kenaikan tersebut, hanya memberi keringanan penambahan waktu pembayaran jika tidak mampu membayar sampai waktu yang sudah ditentukan, yaitu bulan Juni. Itu pun berlaku bagi orang tua yang mengajukan surat permohonan secara pribadi ke sekolah untuk diberikan keringanan pengunduran waktu pembayaran.
Sebuah kondisi yang dilematis, namun juga kami memahami ini adalah resiko menyekolahkan anak di sekolah berjenis IT atau dikenal dengan Islam Terpadu, tren kenaikan biayanya memang terus terjadi setiap tahun, semenjak putra kami masuk dua tahun yang lalu.
Mencari Solusi
Mengeluh tanpa mencari mencari jalan keluar bukanlah sebuah solusi, namun bagi kami yang tidak mempunyai tambahan penghasilan selain gaji sebagai pengajar honorer membuat kita benar-benar harus memutar otak untuk kelanjutan masa depan pendidikan sang anak. Mungkin inilah saatnya mengencangkan sabuk, kembali mengatur manajemen keuangan keluarga, mengeluarkan segala kreativitas agar isi dompet tetap aman, bahkan bisa bertambah.
Tetiba teringat obrolan dengan seorang sahabat, jika Allah memberikan kita ujian kondisi perekonomian, mungkin itu adalah indikasi untuk kita agar meningkatkan sedekah, bantulah setiap orang yang membutuhkan karena Allah, insyaAllah keajaiban sedekah akan bekerja untuk kita dengan sendirinya. Kata-katanya seakan-akan menampar dan menyadarkan, bahwa di tengah kegalauan, masih banyak saudara-saudara kita yang juga lebih membutuhkan uluran tangan.
Keajaiban Bersedekah
Dan iya, ketika membuka mata lebar-lebar, membangunkan instuisi kepekaan kita, ternyata memang banyak di sekeliling, orang-orang yang membutuhkan bantuan. Seakan-akan juga mereka diutus untuk mengetes, luluskah kita dalam ujian di atas ujian yang Allah berikan.
Tak selang berapa lama, dengan ijin-Nya, keajaiban sedekah itu benar-benar nyata, sedekah tak seberapa yang kita keluarkan, Allah bayar kontan dengan caranya, berkali lipat! Bahkan dari arah-arah yang tidak disangka-sangka. Iuran bulanan akhirnya dapat dibayar secara berkala, dan optimis, angka enam digit itu dapat kami lunasi sesuai waktu yang sudah ditentukan. Karena rezeki Allah itu terus mengalir, sejurus dengan sedekah yang terus berkelanjutan.
Bahkan lebih jauh, sedekah tidak hanya sejurus dengan bertambah stabilnya keuangan, tapi perasaan yang lebih bersyukur akan nikmat yang Allah berikan, dengan kondisi ekonomi yang mulai tak menentu, kita berada di posisi keajegan, bahkan bisa menjadi wasilah rezeki dari Allah melalui tangan kita, itu adalah suatu kebahagiaan hidup.
Penutup
Itulah hebatnya berbisnis dengan Allah, bahkan kita yakini bahwa bayaran kontan yang Allah berikan saat ini, tidak akan mengurangi investasi kita untuk akhirat sesuai janji-Nya.
Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri, untuk terus belajar keikhlasan karena Allah dalam kehidupan, dan mensyukuri segala keajaiban hidup yang Allah berikan. Wallahu a’alam.
Posting Komentar
Posting Komentar