kakak beradik darus dan doris (alm) saat lomba panahan |
Senin ini seyogyanya menjadi hari bahagia, karena surat kelulusan MTs secara resmi telah dikeluarkan, surat sakti penanda lulusnya perjalanan tiga tahun mengenyam dunia pendidikan menengah pertama. Surat kebahagiaan pertama sebelum menunggu blanko keabsahan yang disebut ijazah.
Walau tak melalui rangkaian ujian, karena jadwal yang sudah terencana didahului oleh kedatangan corona, tak mengurangi kehidmahan pelulusan kalian. Kalian tetap angkatan luar biasa, angkatan corona.
Akhir Tahun Pelajaran, Akhir Perjalanan Duniamu
Para dewan guru semua berharap, euforia kelulusan ini bukan berarti tahap akhir kalian, tapi satu tapak menaiki level atas kehidupan, dan jelas, itu harus dilanjutkan. Kemanapun pilihannya; MA, SMA, SMK atau Pondok pesantren, adalah bukti bahwa kalian berkomitmen untuk terus melaksanakan kewajiban mencari ilmu sebagaimana yang telah Allah azza wa zall wajibkan.
Namun kabar pilu mewarnai hari ini, salah satu siswa kami meninggal dunia, sebelum surat kelulusan sampai di tangannya, cita-citanya untuk mondok di pesantren dan melanjutkan ke SMK tak bisa terealisasi.
Namanya Doris Salim Alfatah bin Abdul fatah, siswa kelas sembilan MTs Raudlotul Ulum Kadudampit meninggal sehari sebelum pembagian surat kelulusan, siswa yang pernah menjadi juara tiga pada ajang lomba panahan kabupaten Sukabumi ini telah dipanggil oleh sang maha pencipta.
Suasana haru tak bisa dielakan dari dewan guru yang melayat, di sahut keluarga yang berterima kasih sembari menahan pilu dalam buliran air mata menyaksikan kepala madrasah memimpin do’a. Dan tak lupa, rekan-rekan kelasnya juga yang bertakziah menyampaikan do’a terbaik untuk almarhum.
Misteri Usia
Betapa misterinya usia, memanggil tak pandang bulu, bahkan kepada anak yang belum genap berumur tujuh belas pun. Andai dipandang logika, kenapa tidak kami dulu yang telah dimakan usia, tapi Allah maha tahu diatas kebutaan kita akan skenario-Nya.
Bersyukur ada keluarga yang ikhlas melepas, karena tetap waras untuk tetap meyakini bahwa kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya pula. Walau air mata tak bisa dibendung, bukan berarti indikasi tidak ikhlas, hanya saja kelebatan kenangan bersama sang bujang terus melintas, bak roll film yang tak henti, seakan ada di dua dunia, diantara kenangan dan kenyataan, bahwa dia sudah tiada.
Posting Komentar
Posting Komentar