Hampir setahun dunia dilanda corona, demikianpun dengan Indonesia yang tidak terlepas dari penyebarannya. Virus corona yang bermula dari Wuhan China ini selain penyebarannya hampir merata di seluruh dunia, dampaknya pun tidak main-main. Hampir seluruh sendi kehidupan terdampak dari penyebaran corona ini, termasuk dunia pendidikan didalamnya. Guru yang menjadi salah satu garda terdepan dalam pendidikan ini pun tak terlepas darinya. Berbagai hal terjadi pada kehidupan guru, walhasil guru harus beradaptasi dengan kondisi pandemi, agar sosok guru dapat bertahan ditengah pusaran pandemi corona
Berdamai Dengan Corona
Banyak hal terjadi di dunia pendidikan selama pandemi corona ini berlangsung. Guru, murid, dan juga orang tua atau wali murid merasakan semua dampaknya. Namun pendidikan tak boleh berhenti. Pendidikan sebagai salah satu ruh kehidupan harus terus berjalan. Maka tiada lain, semua keluarga besar sekolah harus beradaptasi dan berdamai dengan kondisi yang terjadi, seraya mencari alternatif solusi agar proses transfer ilmu harus tetap berjalan.
Ujian Nasional Yang Tak Terlaksana
Awal tahun 2000, di mana semester dua dimulai, semua kelas akhir di setiap tingkatan sekolah bersiap-siap melaksanakan proses ujian akhir. Demikianpun dengan Madrasah Aliyah, kelas dua belas sebagai kelas akhir hanya mempunyai waktu persiapan dua bulan untuk menuju ujian akhir. Tahun 2000 di agendakan sebagai tahun akhir pelaksanaan Ujian Nasional, karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem mengisyaratkan bahwa 2021 Ujian Nasional tidak akan ada lagi, diganti dengan sistem penilaian baru, yaitu Asesmen Kompetensi Umum atau yang lebih dikenal dengan AKM.
Persiapan pelaksanaan ujian akhir dimulai. Pemberian pelajaran tambahan, penyiapan perangkat komputer beserta server untuk alat UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) semua dipersiapkan dengan baik. Sampai saatnya pertengahan Maret sekolah menerima informasi bahwa Ujian Nasional ditiadakan karena kondisi corona yang akhirnya juga melanda Indonesia.
Sekolah yang sudah mempersiapkan segala administrasi dan sarana prasarana dengan maksimal akhirnya harus legawa dengan keputusan pemerintah. Namun di sisi lain, para siswa malah banyak bersyukur dengan keputusan pemerintah untuk meniadakan Ujian Nasional ini, mereka merasa senang bisa lulus tanpa harus stress menghadapi momok ujian yang dianggap menakutkan.
Belajar Teknologi Pendukung Pendidikan
Ketika kelas akhir akhirnya lulus tanpa Ujian Nasional, nilai ijazah diambil dari rerata rapor selama enam semester. Maka angkatan 2000 lulus tanpa UN. Mereka sering disebut dengan sebutan angkatan corona.
Masalah belum selesai, karena pendidikan adik-adik kelas mereka di kelas 10 dan 11 harus juga tetap berlangsung, sedangkan sejalan dengan keputusan peniadaan Ujian Nasional, Pemerintah juga menetapkan untuk meniadakan pembelajaran dengan sistem tatap muka di kelas, di ganti dengan kelas virtual. Siswa dan guru harus mengikuti protokoler kesehaan, di mana salah satunya harus tetap di rumah saja selama pandemi corona ini. Maka untuk proses pembelajaran, guru harus dengan sigap mempelajari metode-metode yang dapat digunakan untuk proses kegiatan belajar dengan mengajar.
Proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang berhubungan dengan teknologi informasi biasanya hanya digunakan sekali-kali dalam pembelajaran tatap muka. Tapi kali ini, guru harus benar-benar bisa beradaptasi dengan penggunaan media teknologi informasi untuk menyampaikan materi pembelajaran. Akhirnya zoom, goggle class room, e-learning, dan aplikasi lain penunjang pembelajaran menjadi sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari para pengajar. Ini adalah salah satu hikmah dari corona, guru akhirnya melek informasi, belajar meninggalkan metode pembelajaran monoton ceramah di kelas yang terkesan satu arah.
PR besar lain bagi guru adalah bagaimana menyajikan pembelajaran menggunakan teknologi dengan kondisi hanya berhadapan dengan layar monitor. Sekali guru berusaha mencari alternatif metode-metode pembelajaran agar tidak terjadi kejemuan selama proses mengajar di dunia maya dengan terus menggali informasi dan cara-cara terbaik dalam penyampaian materi ajar.
Perekonomian Yang (Cukup) Stabil
Hal yang sejatinya harus disyukuri oleh setiap guru adalah honorarium sebagai pengajar yang tidak terlalu terganggu dengan kondisi corona. Di tengah banyaknya kebangkrutan di berbagai sektor ekonomi dan juga berimbas pada pemutusan hubungan kerja para karyawannya, guru tetap aman pada kondisinya sebagai pengajar. Bahkan dengan belum meredanya pandemi corona ini, pemerintah banyak memperhatikan nasib para guru. Ada bantuan keuangan perbulan bagi guru yang belum menerima tunjangan Insentif, sertifikasi dan infasing. Yang terbaru, saat ini sedang di data nomor provider yang digunakan gawai para guru untuk diberi bantuan kuota.
Walaupun tidak besar, seyogianya inilah waktu bagi para guru memberikan rasa empati kepada saudara-saudara kita yang terdampak oleh corona. Membantu bukan masalah nominal besar atau kecil, tapi tentang tenggang rasa sebagai sesama warga yang berada di tengah pandemi, apalagi sosok guru yang sejatinya menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat, akan menjadi lebih terasa kemanfaatan seorang pengajar sebagai sosok guru yang tetap berempati dengan peduli di tengah pusaran corona.
Seorang guru mempengaruhi keabadian; dia tidak pernah tahu di mana pengaruhnya berhenti-Henry Adams
Baca Juga:
Posting Komentar
Posting Komentar