Ujaran kebencian Presiden Prancis, Emmanuel Macron tentang Islam dan Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa Islam saat ini sedang mengalami krisis di seluruh dunia, termasuk Prancis didalamnya berbuntut panjang.
Presiden Macron yang juga menuduh jika umat Islam sebagai golongan separatis menuai banyak kecaman dari berbagai pihak dan juga aksi boikot yang dilakukan banyak negara muslim di dunia.
Indonesia sebagai negara multikultural, dengan mayoritas Muslim didalamnya mempunyai banyak susut
pandang tentang kasus ini, sehingga bagi beberapa masyarakat umum yang hanya
sekilas melihat banyaknya beredar berita ini di media menjadi bertanya-tanya,
perlukah memboikot produk Prancis?.
Antara Kebebasan Berekspresi dan Menghargai Umat Beragama
Aksi memboikot produk-produk yang berlabel perusahaan Prancis yang terjadi banyak di negara-negara muslim saat ini adalah buntut dari cerita panjang di Prancis.
Bermula dari Majalah Charlie Hebdo yang membuat karikatur tentang sosok nabi Muhammad di salah satu edisi terbitannya, perbuatan ini banyak ditentang oleh kaum muslim di Prancis dan berujung dengan penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo.
Beberapa pelaku penyerangan kantor ditangkap dan diberlakukan proses hukum yang
berlaku dengan dibawa ke pengadilan. Proses pengadilan berjalan alot, sampai
pada titik September 2020, pengadilan masih terus berjalan. Di sisi lain,
Charlie Hebdo yang ingin mengenang kejadian lima tahun silam itu kembali
menayangkan karikatur Nabi Muhammad dengan edisi yang sama pada tahun 2015.
Tentu saja penerbitan
kembali karikatur nabi Muhammad ini membuat sakit hati banyak umat Islam di dunia.
Umat Islam menganggap penggambaran sosok nabi Muhammad melalui karikatur di
majalah Charlie Hebdo adalah salah satu bentuk tidak menghargai kebebasan agama
di Prancis, karena dalam ajaran Islam penggambaran sosok nabi adalah hal yang
terlarang.
Di sisi lain,
seperti halnya yang dikatakan oleh Presiden Emmanuel Macron, bahwa penggambaran
sosok Nabi Muhammad dalam bentuk Karikatur adalah bentuk kebebasan berekspresi
yang dilindungi oleh undang-undang di Prancis, sehingga menurutnya, tidak ada
sama sekali indikasi kejahatan dalam penerbitan karikatur nabi Muhammad di
Majalah Charlie Hebdo tersebut.
Masalah bertambah panjang ketika salah satu pengajar di sebuah sekolah di Prancis, Samuel Paty membawa isu ini ke kelas, dan menayangkan karikatur nabi Muhammad di kelasnya dengan karikatur yang sama persis edisi terbitan Charlie Hebdo.
Kabar tentang Samuel Paty
yang menayangkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya untuk materi kebebasan berpendapat menyebar luas, sampai akhirnya pada tanggal 16 Oktober 2020, sosok guru
tersebut ditemukan tewas terbunuh oleh seorang remaja imigran.
Pro dan Kontra Terhadap Prancis
Dengan ditemukannya Samuel Paty yang sudah tak bernyawa yang dibunuh oleh seorang remaja imigran, babak gelap dalam keagamaan di Prancis dimulai. Sosok Emmanuel Macron sebagai Presiden Prancis yang sejatinya menjadi peredam suasana malah menambah kekisruhan bertambah panas dengan pernyataannya yang kontroversial.
Macron menganggap
bahwa apa yang dilakukan Samuel Paty adalah kebebasan berekspresi dan dengan
tegas ia mengatakan akan berada di barisan terdepan untuk mendukungnya.
Sontak saja
perkataan-perkataannya menjadi buah bibir. Beberapa mendukung apa yang menjadi
sikap Presiden Macron, beberapa yang lain menganggapnya sebagai sosok yang tak
dewasa sebagai kepala negara.
Barisan Pendukung Emmanuel Macron
Negara-negara di Eropa adalah negara yang banyak mendukung Emmanuel Macron. Beberapa diantaranya adalah Jerman, Belanda, Yunani, dan Italia.
Mark Rute, sebagai Perdana Menteri Belanda berujar bahwa ia akan selalu mendukung Emmanuel Macron sebagai bentuk kebebasan berbicara dan upaya melawan ekstrimisme dan radikalisme.
Kanselir Jerman, Angela Merkel juga sependapat dengan Belanda, ia mengatakan bahwa orang-orang yang tidak suka dengan pernyataan Macron adalah sosok-sosok yang berlebihan, pemfitnah, dan tidak dapat diterima.
Negara Kontra Prancis
Walaupun Macron banyak didukung oleh negara-negara Eropa, namun tak sedikit yang kontra terhadap pernyataannya. Di antara barisan negara-negara yang kontra terhadap ujaran kebencian Macron adalah negara-negara Timur Tengah.
Turki yang baru di landa gempa di akhir Oktober lalu ikut dalam garda depan dalam menentang apa yang telah dilakukan Presiden prancis itu. Adalah Recep Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki yang mengatakan bahwa:
Emmanuel Macron adalah sosok yang memerlukan perawatan mental.
Lebih jauh Erdogan mengungkit masa lalu Macron yang telah membuat keluarga salah satu gurunya ketika SMP hancur akibat sang guru perempuan tergoda oleh ajakan Macron untuk berselingkuh.
Indonesia sendiri secara resmi melalui pidato kepresidenan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 31 Oktober 2020 di kanal Youtube resmi Sekretariat Kepresidenan yang menyatakan bahwa Indonesia mengecam keras dengan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Prancis yang telah menghina Islam dan melukai perasaan umat muslim di seluruh dunia.
Aksi lain sebagai bentuk penentangan terhadap ujaran kebencian Emmanuel Macron banyak terjadi di negara-negara Islam di seluruh dunia. Para pemuda di Pakistan, Lebanon, Palestina, dan negara muslim lainnya turun ke jalan menyuarakan ketidaksetujuan dengan pernyataan Macron.
Perlukah Memboikot Produk Prancis Atas Nama Agama Yang Dihina?
Dengan tidak adanya permintaan maaf dari Macron yang dianggap telah melukai perasaan umat Islam di dunia dengan menghina Islam, aksi protes terhadap Presiden Prancis ini terus berlanjut. Turki adalah negara yang terang-terangan mengumumkan untuk memboikot produk-produk yang berasal dari Prancis atau dari perusahaan-perusahaan milik Prancis.
Indonesia sendiri termasuk negara yang tidak sampai secara resmi mengumumkan untuk memboikot produk-produk Prancis secara nasional. Namun beberapa kepala daerah banyak yang berinisiatif membuat peraturan memboikot produk-produk Prancis sebagai bentuk rasa sakit yang dialami sebagai umat Islam.
Pro Boikot
Indonesia sebagai negara Multikultural dan dengan banyaknya juga agama yang diakui oleh negara, tentunya mempunyai masyarakat dengan pemikiran yang beragam. Banyak yang setuju dengan aksi memboikot produk-produk Prancis sebagai bentuk solidaritas umat muslim.
Sebagian argumen
pendukung boikot adalah dengan membalikkan poin pernyataan Presiden Prancis.
Jika Macron mendukung kebebasan berekspresi pada masyarakatnya, ya, anggap saja aksi boikot produk Prancis ini juga sebagai bentuk kebebasan
berekspresi ala masyarakat Indonesia dalam menganggapi ujaran kebencian Macron.
Kontra Boikot
Perbedaan sikap yang diambil oleh masyarakat Indonesia adalah dampak dari beragamnya latar belakang kita sebagai bangsa yang besar. karena kita tidak bisa memungkiri banyak pula masyarakat Indonesia yang tidak setuju dengan aksi boikot ini karena dianggap tidak menyentuh urgensi persoalan yang terjadi
***
Yang juga krusial di antara perbedaan sikap masyarakat Indonesia adalah jangan
sampai perbedaan paham dalam mengambil tindakan atas sikap Macron malah
menyebabkan bumerang, membuat masalah baru dengan adanya perpecahan di Indonesia.
Maka sikap saling
menghargai dengan sikap masing-masing adalah solusinya. Berdiskusi dengan
perbedaan paham tidak akan membuat kisruh jika dilakukan dengan bertanggung
jawab, bukan untuk membuat provokasi dan perpecahan.
Guys, this is
about your decision.
Pertanyaan 'perlukah memboikot produk Prancis' adalah tentang sebuah keputusan. Menjadi pihak yang merasa moderat dengan tidak perlu melakukan aksi boikot atau menjadi pendukung barisan utama untuk melakukan penolakan terhadap produk-produk Prancis?.
So, tentukan pilihanmu!.
pikiran-rakyat.com
bizlaw.id
Mantul pak Yonal 👍
BalasHapusTerima kasih kak Rita
HapusAku baru paham yang info guru dibunuh itu. Jadi ini seperti ini infonya..
BalasHapusAku setuju dan percaya akan adanya kebebasan berekspresi. Tapi ya semua itu memang ada batasannya. Aku pun turut marah ketika figur Rasulullah digambarkan dengan tidak etis. Namun, sangat disayangkan sebenarnya dalam konflik ini terjadi tindak kriminal yang mengatasnamakan agama.
BalasHapusSeharusnya memang memperbanyak diskusi adalah langkah yang lebih tepat dan tidak membuat semakin kisruh keadaan.
Makasii pak Yonal atas informasi berbobot ini
sama-sama kak Miela
HapusPedih hatiku baca barisan pendukung macron :" Yaa Allah
BalasHapusbaru tahu kasus guru yang membawa cerita ini di ruang kelas untuk membangun berpikir siswanya dan beruntut hingga kematian.
BalasHapusSelalu suka tulisannya pak yonal... Masya Allah.. ikut terenyuuhhh...
BalasHapusTerima kasih kak sasha
HapusKeren banget mas tulisannya. Aku jadi penasaran, kalo umat muslim terdahulu saat nabinya dihina mereka akan melakukan apa ya?
BalasHapusJangankan para sahabat, dalam sejarah bahkan pernah ada seekor anjing yang marah dan menyerang seorang Mongolian yang menghina nabi Muhammad
HapusBagus tulisannya mas, jadi kepikiran Pak Macron ada masalah hidup apa sih ? hehee
BalasHapusPaket komplit, Pak. Seharusnya kebebasan berekspresi tetap musti ada batasannya, agar tidam menimbulkan konflik dalam bermansyarakat. Tindakan anarkis paska peristiwa penghinaan pun bisa bernaung di bawah alasan kebebasan menyampaikan pendapat jika memang tidak diberi batasan. Saat perbedaan dibenturkan maka akan muncul konflik dalam kehidupan.
BalasHapusTerima kasih Mas Suden basayev
Hapusbetul mas, ini tentang kebebasan yang kebablasan yang berdampak pada benturan perbedaan, sehingga membentuk konflik yang tak berkesudahan
Semoga Allah senantiasa menjaga agama ini kapanpun
BalasHapusSebagai seorang muslim tentu kita terluka atas pernyataannya. Kebebasan berekspresi tidak lantas menghalalkan penghinaan terhadap agama lain.
BalasHapuskebebasan berekspresi memang seharusnya ada batasannya.perih hatiku melihat kejadian ini
BalasHapusSemoga agama kita dan semua umat muslim selalu dalam lindungan-Nya..aamiin
BalasHapusAku nggak pake barang mereka pak
BalasHapusBaru tahu sejarahnya lengkap mengenai kasus pemboikotan produk prancis setelah membaca artikel ini. Terimakasih untuk tulisannya Pak
BalasHapusLengkap sekali Pak Regen, izin saya share tulisan Pak Regen ya pak. Biar makin banyak yang melek informasi.
BalasHapusmangga kak Septi. Semoga bermanfaat :)
HapusTulisannya lengkap sekali pak.
BalasHapusOh ya ttg boikot, pro dan kontra memang punya alasan tersendiri.
Tapi buat yg kontra lalu memboikot produk Prancis, pengaruhnya hanya utk yg memboikot aja kali ya.
Gak bisa mkan produk Prancis.
Dan sepertinya pihak Prancis yg di boikot tdk rugi. Kan udh byar ya produknya
Keren tulisannya pak, memang susah kalau berada di suatu negara yang tidak mau mencampuri urusan agama. Agama dianggap sebagai ekspresi saja. Aku nggak ikut-ikutan boikot. Tapi yang pro boikot mohon lebih bijak memboikot. Boikotlah produk-produk asli Perancis. Jangan produk Indonesia yang brandnya dibeli perusahaan Perancis ikut di boikot. Contohnya Aqua dan SGM (maaf sebut merek). Meski brandnya sudah dibeli perusahaan asal Perancis, tetapi bahan baku, pemasaran, produksi dan lain sebagainya dilakukan di Indonesia.
BalasHapusApalagi ada yang demo dengan membeli (lebih tepatnya memborong) produk-produk Indonesia dengan Brand Prancis, lalu membakarnya di jalanan sebagai bentuk perlawanan. Hmm...
HapusBegitu dianggap kebebasan berekspresi ya, waduh.. aku sih mendukung, kemaren mau beli skincare prancis gak jadi kan masih ada yang lain toh
BalasHapus