Perjalanan Menuju Asesmen Kompetensi Minimum
Menjadi guru lebih dari satu dasawarsa di sebuah Madrasah Aliyah –setara SMA- membawa pengalaman yang sangat berharga dalam hidup. Silih bergantinya siswa setiap tahun, juga bergantinya kurikulum menyertai dalam perjalanan mengajar dari tahun ke tahun.
Setiap tahunnya satu angkatan datang mendaftar dan satu angkatan pergi karena kelulusannya. Proses pendidikan selama tiga tahun itu diakhiri dengan serangkaian penilaian akhir yang akan membawa siswa pada tahap kelulusan dengan ditandai diberikannya blangko ijazah sebagai tanda kelulusan.
Proses penilaian akhir yang diberikan kepada siswa kelas dua belas mengalami perubahan secara berkala. Ujian nasional yang berbasis kertas pensil adalah jenis penilaian yang sangat lama berlaku, kemudian di rubah dengan ujian dengan menggunakan komputer pada tahun 2014, dan akhirnya 2019 Pemerintah meniadakan ujian nasional, diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum.
UNKP Dengan 5 Jenis Soal
Tahun 2009 adalah awal menemani para siswa untuk mengikuti Ujian Nasional. Waktu itu ujian dilaksanakan dengan sistem UNKP dengan 5 jenis soal dalam setiap mata pelajaran.
Salah satu PR untuk sekolah setelah ujian selesai adalah sekolah harus mempunyai ruang penyimpanan dokumentasi soal
bekas ujian yang sangat banyak, sehingga memakan tempat yang tidak sedikit. Ya,
itu salah satu risiko melaksanakan ujian berbasis kertas, sekolah harus
mempunyai gudang untuk menyimpan dokumentasi soal ujian yang memang tidak sedikit.
Jauh sebelum pelaksanaan ujian
akhir, guru-guru yang mengampu mata pelajaran sudah memberikan pelajaran
tambahan kepada para siswa untuk persiapan Ujian Nasional, dan lagi-lagi,
karena masih manual menggunakan kertas, guru harus mempersiapkan dokumen yang
lumayan banyak untuk membuat contoh soal ujian juga beserta jawabannya.
Perdana Pelaksanaan UNBK
Pada tahun 2014, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dipimpin oleh Anies Rasyid Baswedan, sistem penilaian akhir untuk kelas dua belas di rubah dengan sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Bagi sekolah yang belum mempunyai sarana prasarana penunjang UNBK, 2014 merupakan tahun tersedotnya alokasi dana BOSS untuk pembelian perangkat komputer, karena pemerintah tidak menganggarkan langsung bantuan prasarana untuk ujian akhir tersebut.
Selain menggunakan sistem UNBK, tahun 2014 menjadi penanda
awal di rubahnya ketentuan Ujian Nasional bukan sebagai syarat utama
kelulusan, tetapi sekolahlah yang menjadi penentu meluluskan atau tidaknya
para siswa.
Suasana penilaian menggunakan komputer di MA Raudlotul Ulum |
Perubahan Besar
Tahun berganti, tibalah Nadiem Makariem menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era periode kedua Presiden Joko Widodo. Ia kembali menyempurnakan kurikulum 2013 (kurtilas) yang dasarnya telah ada dari masa M.Nuh, dan disempurnakan oleh Anies Baswedan.
Nadiem Makariem melakukan hal yang terbilang terobosan baru di dunia pendidikan, di mana Mas Menteri merombak banyak dalam bidang administrasi guru dan penilaian kepada murid. Nadiem telah mengubah ujian berbasis kertas berevolusi menjadi komputerisasi.
Dalam bidang administrasi pendidikan, guru tak lagi banyak membuat
administrasi yang menumpuk, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
biasanya 10-15 halaman untuk satu Kompetensi Dasar, dipangkas menjadi satu
lembar saja.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Gebrakan lain yang tak kalah mencengangkan adalah ketika Nadiem Makariem akan menghilangkan Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Banyak yang pro dan kontra dengan wacana tersebut.
Pada kenyataannya, ujian akhir bukan sama sekali dihilangkan, tetapi
sistemnya di rubah dengan sesuatu yang baru, sistem yang disebut Asesmen Kompetensi
Umum (AKM).
Asesmen Kompetensi Umum direncanakan akan dimulai pada tahun 2020, tetapi uji cobanya sudah dilaksanakan mulai tahun ajaran 2019/2020. Baik guru maupun murid dikenalkan pada tes AKM ini.
Berbeda dengan Ujian Nasional yang masih berorientasi pada
nilai akhir, AKM menitik beratkan pada pengembangan siswa dalam hal kapasitas
diri dan partisipasi positif pada masyarakat.
Penilaian Berbasis Komputer
Karena AKM ini menggunakan
komputer, maka salah satu keunggulannya tentu saja mengurangi tumpukan kertas
yang biasanya terjadi sebagai dokumen mulai dari persiapan sampai pelaksanaan
ujian akhir. Namun, penggunaan komputer sebagai alat dalam melaksanakan AKM ini
juga harus ditunjang beberapa alat yang dapat membantu prosesnya.
Salah satu alat yang digunakan untuk proses Asesmen Kompetensi Minimum ini adalah
Router. Berbeda dengan modem, router adalah perangkat yang dapat menghubungkan
beberapa jaringan, baik pada jaringan yang sama maupun jaringan yang berbeda.
Tidak hanya untuk persiapan
pelaksanaan AKM, router juga bisa digunakan
untuk proses penilaian harian, karena guru dapat membuat soal, manajemen ruang,
pelaksanaan penilaian, merekap nilai ujian siswa, bahkan mencetak rapor.
Router Terbaik
Salah satu merek router yang baik adalah Edubox Smart Router. Kenapa demikian?. Karena Edubox Smart Router menyediakan tidak hanya satu pilihan jenis router, tapi beberapa sesuai kebutuhan tiap sekolah. Juga, edubox ini tidak hanya sebagai router saja, tetapi juga aplikasi yang akan memudahkan proses penilaian guru kepada siswa.
Fasilitas Yang di Dapatkan
Dari segi fasilitas, Edubox sangat memahami kebutuhan pelanggan dengan menyediakan router jenis Edubox On-Premise yang bisa mendapatkan bantuan help desk, ada juga jenis Edubox Cloud yang selain mendapatkan bantuan help desk, ditambah free up date selama berlangganan.
Jadi, tinggal menyesuaikan dengan sekolah dan pilih fasilitas sesuai yang dibutuhkan.
Jenis Pembelian
Dalam hal jual beli pun edubox sangat fleksibel. Router jenis Edubox On-Premise menggunakan jual beli putus, sedangkan Router Edubox Cloud bisa menggunakan sistem berlangganan.
Dalam hal waktu berlangganan, edubox juga mempunyai waktu yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Bisa bulanan, tahunan, atau hanya untuk even tertentu saja.
Manfaat Edubox Smart Router
Menggunakan Edubox Smart Router, sekolah akan mendapat banyak sekali kemanfaatannya, baik untuk siswa, maupun untuk guru. Untuk sekolah sendiri, salah satu manfaat Edubox Smart Router adalah bisa sangat menghemat penggunaan kertas untuk keperluan penilaian siswa, baik harian, semester, maupun ujian akhir. Sedangkan untuk siswa, beberapa manfaat penggunaan Edubox Smart Router antara lain:
- Tidak perlu dana untuk kuota
- Terbiasa untuk melakukan ujian berbasis komputer
- Mengasah kemampuan untuk persiapan AKM
Sedangkan untuk guru sendiri, manfaat
penggunaan Edubox Smart Router adalah:
- Mudah dan cepat dalam menyiapkan ujian
- Mudah dan cepat dalam melakukan penilaian ujian
Dengan menggunakan Edubox Smart Router, kemanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh keluarga besar sekolah. Para siswa akan semakin mudah belajar karena terbantu materi dengan bentuk digital. Demikianpun dengan guru yang akan sangat terbantu dalam menyiapkan soal dan memeriksa jawaban penilaian, karena ujian dilaksanakan dalam bentuk digital.
Yang paling krusial dari kemanfaatan Edubox Smart Router adalah, persiapan menjelang Asesmen Kompetensi Minimum dapat dilaksanakan sematang mungkin dengan
seringnya melaksanakan simulasi atau uji coba secara digital.
Semoga perubahan demi perubahan yang terjadi dalam penilaian akhir di sekolah membawa dampak baik yang signifikan terhadap kemajuan pendidikan Indonesia, termasuk salah satunya adalah keluarga besar sekolah -baik guru maupun murid- yang semakin melek dalam penggunaan teknologi selama proses kegiatan belajar dan mengajar, dan Asesmen Kompetensi Umum ini adalah salah satu tahap di mana murid dan guru sama-sama belajar untuk beradaptasi dengan digitalisasi pendidikan.
Adab terhadap guru yang harus diketahui
Good
BalasHapushatur nuhun brother
Hapus