Menggali Hikmah Dari Antologi Cerpen Bulan Kertas
1. Menghormati Sosok Ibu, Bagaimanapun Kondisinya
Cerpen pertama dengan judul Bulan Kertas adalah cerpen yang juga dijadikan judul antologi ini. Ditulis oleh Asma Nadia, cerpen ini menceritakan sosok seorang gadis yang bernama kasih yang mempunyai seorang ibu yang berprofesi sebagai Pekerja Sek Komersial (PSK). Walaupun penamaannya sudah diperhalus sedemikian rupa, namun kasih sudah terbiasa dengan mendengar kata pelacur yang memanggil ibunya.
Bukan hal mudah baginya menjalani hari-hari dengan sosok ibunya yang menjajakan diri setiap malamnya. Ia dengan sabarnya selalu mengajak berkomunikasi sang ibu untuk meninggalkan dunia hitamnya, walau sejauh ini selalu gagal dan gagal.
Hikmah yang dapat diambil dari cerpen ini adalah bagaimana kasih begitu sangat menghormati sosok ibu bagaimanapun kondisinya. Gaya berkomunikasi yang selalu digunakan tak pernah sekalipun merendahkan martabat sang ibu.
Dalam al-Qur'an , etika berkomunikasi dengan orang tua juga disampaikan dalam surat Al-Isra ayat 23
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
2. Seorang Gadis Berhak Untuk Menentukan Jodohnya
Cerpen kedua dalam antologi ini ditulis oleh Vita Samarhadi yang berjudul Bingkisan. Dengan latar daerah Jawa, Bingkisan menceritakan seorang gadis yang bernama Minar, putri seorang pengrajin batik tulis. Suatu saat ia akan dijodohkan dengan putra dari pemilik Industri Rumah Tangga batik, tempat ibunya bekerja.
Minar menyadari posisinya sebagai putri seorang buruh batik tulis, namun pendiriannya untuk menentukan sikap dengan siapa ia akan memilih menjalani bahtera keluarga ia ungkapkan baik kepada orang tuanya maupun kepada keluarga yang ingin menyuntingnya. Namun ia tak hilang kontrol, ia tetap mengutarakan pendiriannya dengan tetap menjaga etika dan sopan santun kepada orang orang yang usianya jauh dari Minar.
Perempuan sejatinya berani bersikap, mengutarakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan. Normallah jika perempuan memang lebih banyak mengeluarkan kata-kata dalam per harinya, untuk mengeluarkan segala rasa yang ada di dalam hati.
Rasa lega Minar diungkap penulis setelah ia menyatakan sikap baik kepada orang tua maupun kepada Bu Suryo, Bos ibunya yang berniat menjadikannya mantu.
Ah, lega rasanya. Beban jutaan ton yang tadi ia rasakan menghimpit dadanya, kini sirna seketika
Bingkisan, halaman 39
3. Menjadi Seorang Istri Berarti Siap Berkomitmen
Memasuki gerbang pernikahan, seorang perempuan akan memasuki dunia baru. Tanggung jawabnya dari orang tua akan berpindah kepada sosok yang disebut sebagai suami. Namun nyatanya sebuah keluarga yang terikat dalam janji suci pernikahan itu tak selalu berjalan mulus, adakalanya hambatan menghampiri, menguji komitmen dalam berumah tangga. Latar cerita seperti itu menjadi gambaran cerpen seseorang dari Masa Lalu yang ditulis oleh Izatul jannah.
Sebagai cerpen ketiga dalam antologi ini, penulis mengisahkan sosok Tara, perempuan mandiri yang sudah berkeluarga yang saat ini sedang mengambl studi di George Washington University. Ia telah mendapat Rida dari sang suami untuk meninggalkannya sementara demi meraih cita-citanya. namun di Amerika, ia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya sebelum berkeluarga.
Tara diambang kegundahan, ketika jauh dari sang imam keluarga, ada sosok yang menawarkan cinta lain dalam kehidupannya. Di sini ia merasa sangat diuji komitmennya untuk setia dalam ikatan pernikahan yang telah ia bersumpah dengan sungguh untuk membinanya dengan sang suami untuk menjadi keluarga sakinah.
Tara memilih menjadi perempuan terhormat. Ia mengabaikan sosok tinggi tegap nan rupawan, kawan lamanya ketika di Amerika. Ia memilih setia dengan janji sucinya kepada sosok yang ia ingini menjadi pasangan sehidup sesurganya.
Dari cerita ini dapat diambil hikmah, betapa menjaga sebuah keluarga agar tetap utuh membutuhkan komitmen yang luar biasa. Karena godaan yang menghampiri akan luar biasa. Seperti halnya perahu yang sedang berlayar, tak terkiralah akan bagaimana ombak menghadang selama ia melaut.
4. Keluarga Sebagai Support Sistem Terbaik
Cerpen ke empat berjudul Hari Pasar, ditulis oleh Nenden Lilis. Cerita ini berkisah tentang sebuah keluarga yang mempunyai usaha warung yang dikelola bersama-sama untuk menghidupi keluarga, namun sayang, karena modal yang kurang, warung yang dikelola semakin hari semakin berkurang barang-barang yang akan dijualnya.
Sosok aku, seorang anak perempuan yang beranjak remaja, sebagai salah satu anak dari 6 anak di keluarga ini ikut berjuang dalam membantu perekonomian keluarga dengan berdagang Bolu Koja di pasar dekat warung mereka. Ia merasakan betul bagaimana keluarganya bersatu padu agar tetap bisa makan setiap harinya.
Kondisi keluarganya menjadikan ia wanita yang kuat, berani, dan tangguh. Demi orang tuanya yang selalu semangat menjalani hidup, kakak adiknya yang juga saling menopang satu sama lain menjadikan alasan ia bertahan dalam kondisi yang penuh perjuangan.
Keluarga adalah muara dari segala rasa. Anak akan belajar dari setiap orang tuanya bagaimana ia bertahan dalam hidupnya. Sosok ayah dan Ibu adalah role model bagaimana anak akan tumbuh berkembang.
5. Menerima Kondisi Pasangan
Ada pepatah yang mengatakan
Seorang istri akan diuji ketika suami tidak punya apa-apa, dan suami akan diuji ketika ia sudah punya segalanya.
Dalam Tindik Suminah Karya Afifah Afrah Amatullah, peran istri yang sedang diuji digambarkan oleh Suminah yang hanya bersuami seorang buruh kasar. Ia yang selalu dijanjikan untuk dibelikan anting-anting yang akan menghiasi kedua telinganya tak pernah merasakan realisasi dari janji tersebut.
Suminah paham, ia tahu betul suaminya bukan tidak mengusahakan dengan apa yang menjadi janjinya. Suminah mengerti dengan kondisi perekonomian keluarga yang ia bina dengan suaminya. Walau tak mempunyai uang berlebih, namun ia cukup bersyukur karena ia tak pernah sampai kelaparan tak makan, walau terkadang harus dengan cara mencari pinjaman terlebih dahulu. tetapi suaminya sosok yang bertanggung jawab, selepas gajian, hal yang pertama dilakukannya adalah membayar terlebih dahulu utang-utang terdahulunya. Dengan demikian, tetangga dan warung yang Suminah biasa utangi, tak pernah keberatan membantu mereka.
Dari cerita Tindik Suminah, kita belajar bahwa perempuan yang lembut dapat pula menjadi sangat tegar ketika bersinergi dengan suami yang bertanggung jawab dan berusaha keras untuk kehidupan mereka.
6. Berdamai Dengan keadaan
Sosok aku dalam cerpen ke 6 antologi ini berkisah tentang pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu. Namun 'aku' merasa dihantui dan takut jika suaminya yang baru mengikat janji suci untuk hidup bersamanya belum bisa move on dari kehidupan masa lalu lalunya dengan perempuan-perempuan dalam kehidupan percintaannya.
Ia butuh waktu untuk meyakinkan diri bahwa suaminya adalah sosok yang akan setia dengan sumpah yang telah ia ambil di hadapan orang tuanya untuk bertanggung jawab kepadanya. Dalam Gladiol di Atas Pasir, El-syifa meramu dengan apik pergulatan seorang perempuan dalam menapaki kehidupan barunya dalam sebuah keluarga.
Pernikahan bisa menjadi pembelajaran untuk menyadarkan kita menerima seseorang dengan segala masa lalunya, dan meyakini bahwa masa depannya ada bersama kita.
7. Kesabaran Seorang Ibu
Muara Duka Ibu adalah cerpen ke 7 karya Azimah Rahayu yang bercerita tentang kekuatan seorang ibu dalam mempertahankan keluarga demi anak-anaknya. Iya, anak-anak adalah salah satu alasan besar kenapa sosok perempuan yang telah menjadi ibu menjadi begitu kuat dalam kehidupannya.
Ibu yang kuat akan menjadi sosok inspirasi dari setiap anak-anaknya. Ia akan menjadi kebanggaan, yang akan menjadi cerita heroik bagi cucu-cucunya kelak.
8. Berani Mengambil Sikap
Salah satu penulis favorit saya, Pipiet Senja menulis Hati Seorang Istri dalam antologi cerpen ini. Bercerita tentang sosok istri yang mendapati suaminya berselingkuh dengan salah satu mahasiswanya. Ia di antara dilema antara mempertahankan sang suami, atau merelakannya untuk kembali menikah dengan gadis yang cocok menjadi anaknya.
Ia yang bernama Ayuningtyas akhirnya mengambil keputusan besar dalam hidupnya, keputusan yang melambangkan kemandirian sebagai seorang wanita yang terdzalimi dalam keluarga.
9. Saling Mendukung Cita-cita Antar Pasangan
Menjadi pasangan suami istri bukan berarti kita mempunyai kesamaan yang sama satu sama lain. Ada kalanya justru perbedaan suami istri akan sangat jomlang. Itulah salah satu fungsi keluarga, untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.
Cerpen Masjid Pribadi karya Fera Andriani Djakfar ini lebih kurang bercerita tentang gambaran seperti di atas, bagaimana keluarga menjadi begitu kuat ketika ditopang perempuan hebat yang bernama ibu dan sosok bertanggung jawab dalam figur sang ayah.
10. Menerima Kekurangan dan Mencari Kelebihan
Bagaimana jika kita dilahirkan dengan kekurangan fisik yang ada pada tubuh kita, haruskah kita mengurung diri dan menyesali telah dilahirkan?.
Cerita pendek berjudul catatan sunyi oleh Rahmadiyanti bercerita tentang seorang gadis yang dilahirkan tidak bisa berbicara. Ia bisu semenjak lahir, walaupun kedua kakak perempuannya dapat berbicara normal. Namun ia menjadi sosok yang kuat, karena keluarganya menjadi support sistem yang baik bagi dirinya, ia tak pernah kesusahan untuk berkomunikasi dengan keluarganya, ayah ibunya belajar bahasa isyarat, demikian pun dengan kedua kakak perempuannya.
Kekurangan akan menjadi tantangan untuk mencari potensi lain yang ada pada seseorang, maka dibutuhkan dukungan keluarga untuk meyakinkan bahwa setiap kita dilahirkan pasti diberi potensi luar biasa yang dapat kita ekspresikan.
11. Cemburu Beralasan
Perempuan adalah sosok pencemburu, dan itu normal. Cemburu akan menjadi bumbu-bumbu dalam pernikahan. Namun cemburu harus bertakar, tak boleh tanpa alasan sama sekali.
Dalam cerita pendek karya Novia Syahidah yang berjudul cemburu, gambaran sosok istri yang curiga terhadap suaminya menjadi latar komplikasi.
12. Pengalaman Adalah Pelajaran
Cerpen terakhir dalam antologi ini berjudul di Peron Kalibata, bercerita tentang sosok aku yang bertemu perempuan paruh baya ketika sedang menunggu kereta yang akan membawanya pulang.
lamanya kedatangan kereta membuat 'aku' akhirnya mengobrol dengan sesosok perempuan eksentrik yang ia temui di sana. Lama-kelamaan obrolan dua perempuan beda generasi ini menjadi sangat intens, perempuan yang usianya diperkirakan sudah melewati setengah abad ini sampai bercerita tentang kegagalan pernikahannya yang sudah empat kali.
Ada pelajaran di setiap momen, pun dengan 'aku' yang mengambil hikmah dari sang legend ini. Seraya berharap cukuplah satu saja belahan jiwa yang semoga ia temukan dalam hidupnya.
13. Perempuan itu Istimewa
Kenapa perempuan istimewa?. Banyak alasan yang menjadikannya demikian, salah satunya adalah hadits Nabi yang berbunyi bahwa
Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya
Sosok perempuan mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Antologi Cerpen Bulan Kertas ini banyak digambarkan perempuan-perempuan hebat yang bertahan dalam kehidupan sosialnya dan juga memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitarnya, anak, saudara, keluarga, dan kehidupan sosial pada umumnya.
Menjadi seorang gadis, istri, ibu rumah tangga, atau bahkan pengusaha menjadi salah satu bagian perjalanan hidup yang ditempuh oleh setiap perempuan. Antologi ini cukup lengkap membahas berbagai sudut pandang setiap posisi perempuan, walaupun mayoritas dari beberapa cerpen lebih banyak berkutat pada kehidupan seorang istri dalam sebuah keluarga.
Antologi ini sangat cocok untuk belajar mengenal sudut pandang perempuan di mata para penulis yang juga perempuan. Tak salah kiranya, buku ini bisa dijadikan hadiah para suami bagi para istri untuk momen-momen spesial seperti dalam merayakan wedding anniversary.
Penutup
Akhir dari tulisan ini, sebagai bentuk simpulan dari antologi cerpen Bulan Kertas akan saya coba dituangkan dalam sebuah puisi berjudul Perempuanku
Betari berjalan di bawah langit
Dari ujung bibirmu selalu terngiang
Di antara dingin dan pagi yang menyatu
Suaramu terasa hingga rasa yang terdalam
Darimu aku belajar tentang kefanaan
Bahwa Habil dan Kabil berseteru
Bahkan Yusuf yang baik nan rupawan
Terbuang oleh gelap mata saudara-saudaranya
Dari ranum bibirmu yang hampir memudar
Di antara tumpukan gaun yang selalu kau bilang tak tampak
Sebelum malam membuatmu hening
Laiknya Maryam yang membisu ketika lahir sang Mesiah
Atau Asiah yang harus memilih antara Faraoh atau Tuhannya
Engkau terus mendengung lebih dari lebah
Menyalurkan gundah gulana, membagikannya
agar dapat kurasakan pula
Di sisa hidupku
Dari istana mungilmu
Engkau bertahan mengais kehidupan
Engkau yang selalu setia dengan semua
hikayatmu
Dari Hawa sampai Aisyah yang pencemburu
Semua engkau muntahkan padaku
Judul Buku : Bulan Kertas
Penulis: Asma Nadia, dkk
Penerbit: Fatahillah Bina Alfikri Press
ISBN : 979-3205-18-0
Tebal : 178 Halaman
#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9
Salam
Subhaanallaah keren banget puisinya~
BalasHapusSuka ^^
Berdakwah lewat cerita-cerita memang lebih mengena. Apalagi yang nulis Asma Nadia. Mantap. Ditambah review di blog keren ini, tambah joss...
BalasHapusDuh, bagusnya puisinya. Singkat tapi maknanya begitu padat. Didahului dengan ulasan yang semakin melengkapi kekuatan artikel ini :)
BalasHapusMasya Allah, kisah tentang perempuan di buku ini bisa jadi perenungan kita ya, Kak Yonal. Hingga kita nggak kasih streotipe tanpa ngasih solutif 🙏
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusWaah bukunya menarik banget Pak, jadi penasaran kan aku :D
BalasHapusApalagi cerita tentang konflik batin perempuan dengan masa lalunya :")