Sebagai warga negara yang sedang sama-sama gencar menjaga protokoler kesehatan di masa pandemi covid-19, rasanya kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menggunakan masker jika keluar rumah, menjaga jarak dengan dengan orang lain, dan membatasi mobilitas jika tidak terlalu mendesak. Tetapi ternyata, ada saat kita lengah dan tak terlalu memperhatikan masalah protokoler kesehatan karena merasa ada dalam kondisi yang aman, dan karena kelalaian tersebut, kita akhirnya terpapar Covid-19.
Pengalaman Terpapar Covid-19
Setiap hari Jumat, saya dan istri diberi amanah untuk mengajar di pesantren yang dikelola oleh keluarga kami. Selepas mengajar, kami singgah di rumah sang kakak yang menjadi pengasuh pesantren tersebut. Kondisi kakak ternyata sedang sakit, katanya kecapean selepas mengisi undangan pengajian.
Selepas pulang dari pesantren, keesokan harinya istri tiba-tiba badannya menggigil. Sebentar panas, sebentar sangat dingin. Kaget dengan kondisi tersebut, ia kuajak ke rumah sakit, namun ia tak mau, mengingat empat anak yang masih sangat harus diperhatikan, di mana tiga masih balita, bahkan yang bungsu masih bayi berusia 6 bulan. Akhirnya kami memutuskan untuk opname di rumah dengan memanggil tenaga kesehatan yang kami kenal. Istri di infus dan mengonsumsi obat untuk beberapa hari. Setelah 3 hari lepas dari infus, kondisinya berangsur-angsur baik. Namun yang membuatnya kaget, tiba-tiba penciumannya menghilang, begitupun lidahnya tak dapat merasakan setiap makanan yang ia konsumsi. Dari sanalah kami menduga bahwa ia terpapar covid-19.
Dugaan terpapar Covid-19 semakin kuat setelah mendengar keluarga sang kakak di pesantren juga dinyatakan positif Covid. Dugaan-dugaan tersebut semakin membuat kami khawatir, dan yang paling mengkhawatirkan adalah demam yang dirasakan istri juga menyebar dengan cepat kepada seluruh penghuni rumah.
Melihat kondisi yang semakin tidak kondusif, kami menghubungi tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas desa via gawai. Kami diminta untuk datang ke puskesmas untuk di swab oleh nakes di puskesmas esok harinya untuk memastikan kondisi kesehatan kami, dan akhirnya setelah melakukan swab antigen seperti yang dititahkan dari puskesmas, akhirnya kami mendapatkan hasil positif terpapar covid-19.
Saya sendiri tidak terkejut dengan hasil tersebut, karena sudah menduga dengan banyaknya gejala yang sudah dirasakan. Kami juga sudah mengisolasi diri di rumah sebelum kami melakukan swab untuk menjaga-jaga jika kami terpapar Covid-19.
Gejala Covid-19 Yang Dirasakan
Selama mengalami terpapar Covid-19, banyak gejala yang saya dan istri rasakan. Beberapa gejala tersebut diantaranya
- Demam menggigil. Demam dan menggigil yang dirasakan kadang datang secara tiba-tiba, kadang juga reda sementara waktu.
- Sesak Napas. Untuk sesak napas lebih sering dirasakan oleh istri yang memang mempunyai riwayat rinitis dan juga alergi terhadap udara dingin. Melihatnya ketika sesak napas seperti sangat tersiksa sekali.
- Nyeri Badan. Nyeri persendian di seluruh tubuh, seperti kelelahan dalam perjalanan jauh.
- Pusing dan Sakit Kepala. Alhamdulillah kami selalu sedia paracetamol untuk mengurangi rasa sakit di kepala, begitupun ketika kami berobat, paracetamol juga diberi oleh para nakes di puskesmas.
- Batuk pilek. Batuk dan pilek sering melanda di malam hari ketika udara semakin dingin, akhirnya kualitas tidur pun banyak terganggu dengan semakin intensnya batuk dan pilek yang dirasakan
- Sakit Tenggorokan. Tenggorokan terasa sangat kering, kadang merasa panas terbakar juga. Untuk hal ini, kami banyak minum seperti yang juga dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
- Anosmia atau hilangnya indera perasa dan penciuman. Gejala ini yang paling membuat kaget, karena baru pertama kali dalam hidup merasakan hilang indera penciuman dan perasa.
Salah satu yang kami syukuri selama terpapar Covid-19 adalah anak-anak yang tetap sehat tanpa gejala apapun. Alhamdulillah, Allah memberikan imun anak-anak lebih kuat sehingga walau ikut isolasi di rumah, mereka tidak ikut terbaring.
Alhamdulillah Sehat Kembali
Setelah Isolasi Mandiri selama dua minggu ditambah recovery satu minggu, Alhamdulillah kami sekeluarga sehat kembali. Dokter yang memeriksa kami sudah memberitahukan bahwa walaupun sudah negatif, kita diminta tidak khawatir ketika gejala-gejala ketika terpapar Covid-19 masih terasakan sebagian karena ada yang disebut efek panjang Covid-19.
Setelah sehat, kami sekeluarga semakin sadar untuk berhati-hati dalam hal menjaga kesehatan. Pengalaman terpapar Covid-19 menjadikan pelajaran bahwa ikhtiar menjaga kesehatan dengan melaksanakan protokoler kesehatan tidak boleh lalai sama sekali, bahkan ketika berada dengan orang-orang terdekat pun yang kadang kita anggap aman berada disekelilingnya.
Rasa syukur kepada Allah dengan segala ujian yang diberikan-Nya. Alhamdulillah, selama terpapar Cocid-19, gejala-gejala yang kami rasakan termasuk ringan jika dibandingkan dengan teman-teman sejawat yang juga merasakannya. Ada teman yang harus di isolasi di rumah sakit, ada juga yang harus sampai dibantu oksigen karena pernapasannya terserang, dan sebagian lagi meninggal dunia selama masa isolasi.
Pada dasarnya, semua yang terjadi memang sudah menjadi Qada dan Qadar Allah SWT. Yang terpenting dari semuanya adalah kita belajar mengambil hikmah dari apa yang sudah Allah berikan kepada kita, agar kita lebih mawas diri dalam hidup.
Semoga juga sakit yang kita alami dapat menjadi penggugur dosa seperti gugurnya dedaunan dari pohonnya, sebagaimana dikabarkan oleh Nabi dalam hadist riwayat Muslim nomor 2572
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya
Alhamdulillah sudah diberi kesembuhan ya Mas. So glad to hear that. Semoga sehat-sehat selalu sekeluarga ya Mas.
BalasHapusAlhamdulillah sudah sehat mas Prima.
HapusMudah-mudahan mas prima dan keluarga juga stay healthy ya
BalasHapusMas Regen sama dengan saya dan suami. Tapi kami tidak melakukan tes. Langsung ambil tindakan sendiri. Semoga cepat pulih ya. Salam sehat buat keluarga di sana.
masyaAlloh...semoga senantiasa sehat sehat selalu mas yonal, istri dan anak anak ya...baca cerita runutnya ternyata setelah kunjungan ke tempat saudara yang baru mengisi acara ya Mas...tapi memang dimasa kayak gini dimana pandemi udah kayak tinggal tunggu waktu aja antara kena dan belumnya huhu, tapi alhamdulilahnya dengan memanggil tenaga medis ke rumah karena kondisi anak anak masih kecil akhirnya bisa diatasi dengan baik. Mudah mudahan kita semua sehat selalu ya. Mbul waktu itu sih sempet greges juga tapi seiring sejalan...belom sempet tes sih tapi istirahat aja di rumah ga kemana mana akhirnya berangsur angsur membaik lagi :)
BalasHapusMas Yonal ... kuat dan sukses melewatinya tetap semangat mas ...
BalasHapusKadang merasa abai protokol kalau sama keluarga ya pak. Ngerasa aman lah padahal kan belum tentu. Alhamdulillah udah sehat lagi ya pak.
BalasHapusDan semua akan covid pada waktunya ya, Pak. Alhamdulillah sekarang semua anggota keluarga sehat semua. Semoga Alloh kasih kesehatan untuk kita semua ya, Pak Yo. Aamiiin.
BalasHapusAlhamdulillah sudah sehat. Alhamdulillah juga anak-anak nggak merasakan gejala. Sudah sebagian kesembuhan lihat anak-anak tetap sehat dan ceria.
BalasHapusInsyaallah jadi semangat nulis pengalaman covid sebagai pengalaman buat yang lain. Sehat-sehat terus pak...barakallah
BalasHapusIkut waswas kalau dengar teman atau saudara terpapar covid, alhamdulillah sudah melewatinya, tapi tetep kudu waspada ya
BalasHapusAlhamdulillah banyak pelajaran yg bisa diambil ya pak.. semoga setelah ini selalu sehat dan sehat2 teruusss
BalasHapusAlhamdulillah.. Semoga sehat selalu pak yonal dan keluarga..
BalasHapusSama bergelar Lc (lulusan corona) ...:D
BalasHapusOrang mah ke Timur Tengah bertahun-tahun buat dapet gelar Lc. Eh, kita dua minggu doang udah lulus duluan.. wkwkwk
HapusBulan Juli lalu benar-benar menjadi "bulannya Covid-19". Ternyata saya perhatikan beberapa orang menulis pengalaman terpaparnya di sekitaran bulan ini (Juni-Juli, Juli, atau Juli-Agustus) di blog masing-masing. Saya pun termasuk rombongan batch Juli lalu. Terasa benar ya gelombangnya dan sekarang September sedang atau (mudah-mudahan) telah mereda.
BalasHapusalhamdulillah bisa sembuh, Kak. Kemarin kami juga pada kena, tpi isoman sendiri. gak kluar" pokoknya. gejalanya gantian datengnya, bener" sampe gak bisa ngapa"in bahan masa pemulihan aja sebulan lebih. Nenekku dua"nya malah meninggal karena darah tinggi, saking takutnya sama covid jadi mikir negatif mulu. Sad :( kesel sama covid ini gak minggat"
BalasHapus