Banyak yang belum tahu apa itu kusta ataupun salah persepsi tentang kusta itu sendiri. Masyarakat sejatinya harus teredukasi dengan hal ini agar dapat memahami kusta sebagai penyakit jenis apa dan juga meluruskan miskonsepsi yang selama ini terjadi di masyarakat tentang kusta.
Menjawab hal ini, media jurnalisme independen KBR bekerja sama dengan lembaga non pemerintah yang mendorong pemberantasan kusta, NLR Indonesia mengadakan talkshow ruang publik pada Rabu, 24 November 2021 di saluran Youtube Berita KBR dengan tema Bahu Membahu Untuk Indonesia Sehat dan Bebas Kusta.
Informasi adanya talkshow kesehatan tentang kusta ini didapat dari teman-teman komunitas 1M1C atau 1 minggu 1 cerita. So, dengan mengikuti talkshow ini bisa silaturahmi dan bertemu virtual dengan teman-teman dari 1M1C, sekaligus belajar tentang informasi seputar kusta dari para narasumber.
Antara Mitos dan Fakta Tentang Kusta
Dalam acara talkshow yang diadakan pada jam sembilan sampai sepuluh pagi ini banyak insight yang bisa didapatkan tentang fakta-fakta penyakit kusta yang ternyata jauh sekali dengan mitos yang berkembang di masyarakat.
Dipandu oleh Rizal Wijaya dari KBR, acara ini mengundang 2 narasumber yang memberikan informasi tentang kusta.
- dr. Febrina Sugianto, Junior Technical Advisor dari NLR Indonesia
- Eman Suherman, S.Sos, Ketua TJSL PT. DAHANA (Persero)
Dari dua narasumber ini banyak pengetahuan yang bisa didapat mengenai penyakit kusta, tentang apa kusta dan hal-hal yang berhubungan dengan penanganan kusta itu sendiri.
Beberapa informasi dan fakta-fakta yang dibeberkan oleh dua narasumber di talkshow ruang publik KBR adalah:
Kusta Berasal Dari Infeksi Bakteri Mycobacterium Leprae
Kusta oleh sebagian masyarakat dikenal dengan nama lepra adalah sejenis penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri mycobacterium leprae yang mengenai jaringan tubuh seperti kulit, saluran pernafasan, bahkan saraf tepi. Beberapa indikasi terserangnya tubuh oleh kusta adalah lesi atau bercak di kulit disertai mati rasa atau rasa lemah di tungkai dan kaki.
Mitos yang beredar di masyarakat adalah bahwa kusta ini sejenis penyakit kutukan atau hukuman kepada seseorang atas dosa-dosa yang telah dilakukannya di masa lampau. Nah, di sini jelas kita diberi informasi bahwa penyebab utamanya adalah infeksi bakteri.
Angka Penderita Kusta Yang Semakin Menurun
Menurut dr.Febrina Sugianto, contoh kasus data penderita kusta sebelum pendemi Covid-19 di Subang tercatat di kisaran 457 kasus, sedangkan setelah agak meredanya situasi di negeri kita, tercatat sekitar 116 penderita. Hal ini di sisi lain menggembirakan, karena berarti angka penderita mulai menurun.
Walaupun kondisi jumlah penderita kusta menurun secara signifikan, dari skala internasional, Indonesia masih tercatat sebagai negara terbesar ketiga dalam hal jumlah penderita kusta ini. Hal ini tetap menjadi kewaspadaan dan antisipasi untuk tetap terus memerangi penyebaran kusta di Indonesia.
Kerjasama Dalam Penanganan Kusta
Masih menurut dr. Febrina Sugianto bahwa
Pemerintah sangat serius bekerja sama dalam hal penanganan kusta ini, bahkan alokasi dana untuk penanganan kusta ini pertahunnya cenderung meningkat.
Hal ini menunjukkan langkah serius oleh pemerintah dan juga lembaga-lembaga non pemerintah untuk bekerja sama dalam hal menangani kusta di Indonesia. Pemerintah telah memberikan perhatian yang serius melalui Kementerian kesehatan, Dinas Kesehatan Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan kota, bahkan sampai level desa pun masalah lepra ini tak luput dari perhatian.
Cara Pengobatan Kusta
Kusta terdiri dari dua jenis, yaitu PB atau Pausibasiler dan MB atau Multibasiler. PB Sering disebut juga kusta kering, cirinya kulit bersisik karena tidak adanya keringat yang muncul. Kusta ini cenderung tidak menular. Pengobatan untuk jenis PB adalah obat kusta yang harus diminum setiap hari selama 6-8 bulan.
Multibasiler sering juga disebut kusta basah, cirinya lesi tampak merah mencirikan jumlah bakteri yang banyak, dan jenis ini cenderung menular. Pengobatan untuk multibasiler lumayan lama, karena penderita kusta jenis MB harus mengonsumsi obat setiap hari selama 12-18 bulan.
Pengobatan pada penderita dua jenis lepra ini adalah ikhtiar untuk kembali sehat dan juga melawan stigma dan mitos bahwa penderita kusta tidak dapat disembuhkan alias akan diderita selama hidupnya.
Penutup
Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang berada pada bulan November ini sejatinya bisa menjadi momentum untuk kita untuk selalu peka dalam masalah kesehatan. Pun tentang pemahaman bahwa kesehatan adalah hak dan pelayanan dasar yang harus dipenuhi negara kepada rakyatnya, termasuk para penderita kusta.
Kusta tidak akan berakhir selama stigma yang beredar di masyarakat hanya berdasarkan info tak valid dan berdasar pada mitos-mitos yang berkembang. Jangan biarkan berita tak berdasar terus berkembang di masyarakat tanpa informasi yang jelas.
Jika ada gejala-gejala kusta pada diri kita atau orang-orang di sekitar kita, jangan ragu untuk datang ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk meminta penanganan. Jangan kucilkan orang yang terkena kusta, beri dukungan terbaik agar ia tetap percaya diri.
Mari bersama-sama kita berikhtiar menuju Indonesia zero leprosy dengan saling bahu membahu untuk Indonesia tetap sehat, dengan menjaga kesehatan dan menjadi support system yang positif dan konstruktif untuk saudara-saudara kita penderita kusta.
semoga kira semua sihat dan dijauhkan daripada penyakit kusta ini.
BalasHapusjaga pemakanan, selalu bersenam dan ambil suplimen seperti jahe hitam amat disyorkan
Penyebab penyakit Kusta dan tuberculosis masuk dalam family yang sama. Keduanya bandel, sulit diberantas
BalasHapusWah mencerahkan nih, mungkin karena kurangnya edukasi ya pak. Jadinya mitos masih kuat di masyarakat. Aku sendiri baru tahu fakta-faktanya setelah baca ini. Teruslah mengedukasi pak ..
BalasHapusMasih ada ya ternyata penyakit ini, semoga dijauhkan deh dari segala penyakit.
BalasHapusWah, ternyata Kusta itu ada 2 jenis ya... Saya jadi mendapat pengetahuan dari tulisan Kang Yonal, Mantaps 👍
BalasHapusSenang mengetahui bahwa pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk kasus kusta ini. Semoga dana yang di anggarkan tersebut bisa dimaksimalkan untuk upaya pembasmian penyakit kusta di Indonesia..
BalasHapusWah memang insightful banget nih ruang bicara KBR x NLR. Dan juga happy banget ada perusahaan yang juga peduli dengan kusta ini. Semoga dengan edukasi yang kian digaungkan dan bahu membahu berantas kusta dengan kerjasama pemerintah juga bisa zero active case suatu hari :)
BalasHapusSemoga ya dengan adanya kegiatan seperti ini maka jumlah penderita kusta di Indonesia makin berkurang.
BalasHapusPenyakit yang bisa dicegah dan diobati. Harus banyak bergerak untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini. Salah satunya dengan seminar tentang kusta ini.
BalasHapusDan sungguh orang2 yang kurang edukasi tentang kusta ini harus di berikan ilmu dan edukasi tentang penyakit kusta..
BalasHapusWah iya nih aku suka dg tema nya bahu membahu ini seakan mengjak kita untuk ikiut memgambil peran khususnya dalam mengedukasi masyarakat ya.
BalasHapusSebab stigma negatif masih tinggi ttg kustq
Karena kusta ini adalah penyakit lama, kadang masih ada stigma kusta disekitar kita.. Salut dengan program NLR dan PT Dahana bersama KBR untuk sosialisasi tentang penyakit kusta ini.. Semoga tidak ada lagi stigma kusta di masyarakat kita..
BalasHapusAamiin, belum lama ini jga smpet denger acara penyuluhan penyakit kusta. Smoga byk leh aware dan tdk menganggap kusta suatu aib
BalasHapusBoleh dibilang ini penyakit jadul ya...
BalasHapusTapi betul yang dibilang dr Tara, memang cukup sulit mengeliminir penyakit ini. Apalagi dengan gejala yang tidak terasa di stadium awal
Aku dulu juga bawaannya serem kalo udah denger kata kusta mas. Seolah penyakit yg sangat menular dan ga bisa sembuh. Tapi baru2 ini aja aku jadi tahu kalo kusta bisa disembuhkan. Tapi berarti utk pengobatannya, tenaga kesehatan harus menggunakan baju khusus saat mengobati supaya ga tertular atau tidak Yaa? Lama juga pengobatannya utk yg basah, bisa sampai 18 bulan :(. Aku langsung kepikiran kerja ginjal yg berat selama itu.
BalasHapusHwah saya kurang tau kalau masalah APD untuk nakes saat melakukan pengobatannya. Iya kebayang 18 bulan mengkonsumsi obat itu lumayan lama juga, ya
Hapus