Pentingnya budaya literasi harus dipahami oleh setiap warga negara, tak terkecuali elemen pondok pesantren sebagai salah satu pusat pendidikan yang ada di negeri kita. Pondok pesantren dengan para santrinya yang notabene generasi Z merupakan salah satu target vital yang harus juga terambah dengan budaya literasi agar ide melek literasi ini benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pentingnya Budaya Literasi
September tahun kemarin Tim Blogspedia mengirimkan dua buku sebagai hadiah untuk Cupuers (sebutan untuk anggota Blogspedia) yang menulis di platform blog terbanyak pada bulan itu. Alhamdulillah kiriman buku itu diterima dengan suka cita oleh keluarga kami.
Yang ikut merasakan kebahagiaan datangnya buku baru dari Tim Blogspedia adalah juga anak-anak santri di Pondok Pesantren yang keluarga kami bina. Mereka yang terbiasa meminjam buku, sangat senang dengan adanya 2 koleksi buku baru di rak tempat mereka biasa meminjamnya.
Buku kiriman hadiah tersebut adalah Novel dari Eka Kurniawan yang berjudul Corat-coret di Toilet dan De Java Oorlog karya Abdul Rohim. Satu fiksi, satunya lagi non fiksi, tapi tentu saja keduanya sangat menarik untuk dibaca.
Anak-anak santri yang rata-rata adalah mereka yang berada di usia Gen Z sangat penting untuk mengenal budaya literasi. Gen Z sendiri bisa kita pahami sebagai anak-anak yang lahir pada kisaran tahun antara 1997 sampai 2012, atau mereka yang rata-rata sedang berada dalam fase remaja pada saat ini.
Di antara kesibukan para santri dalam mempelajari ilmu-ilmu agama dengan mengaji dan mengkaji kitab-kitab kuning dan Al-Qur'an, alhamdulillah mereka juga masih menyempatkan waktu untuk membaca literatur umum, walaupun koleksi buku yang kami miliki masih terbatas. Semangat mereka untuk menghidupkan budaya literasi patut diapresiasi.
Sumber-sumber bacaan umum di Pondok Pesantren bisa menjadi penyeimbang ilmu pengetahuan bagi para santri. Diharapkan nantinya output pesantren akan memiliki pemahaman agama yang mumpuni dan juga ilmu pengetahuan umum yang juga tidak kalah baiknya. Itulah mengapa pentingnya program literasi bagi para santri sebagai bagian dari Gen Z dari dunia pendidikan Pondok Pesantren.
Pengertian Budaya Literasi
Budaya Literasi terdiri dari dua suku kata, Budaya dan Literasi. Untuk literasi sendiri memiliki definisi tersendiri dalam Kamus Besar bahasa Indonesia atau KBBI
literasi adalah kemampuan menulis dan membaca serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
Sedangkan budaya, mengutip informasi dari Wikipedia, berasal dari Bahasa Sanskerta Buddhayah yang artinya budi atau akal. Secara lebih detail budaya bisa dimaknai sebagai cara hidup yang berkembang, baik oleh seorang maupun kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari dua makna budaya dan literasi kita bisa pahami bahwa budaya literasi adalah Kebiasaan cakap kita dalam kehidupan yang berhubungan dengan baca tulis dan juga mengolah informasi dan pegetahuan.
Manfaat Budaya Literasi di Kalangan Para Santri
Dengan banyaknya asupan literatur para santri di lingkungan pondok pesantren akan membuat budaya literasi ini kental, baik dengan sumber-sumber keagamaan maupun ilmu pengetahuan umum. Beberapa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya budaya literasi di pondok pesantren antara lain:
1. Memperkaya Kosa Kata Para Santri
Para santri yang tiap hari bersinggungan dengan banyak kosa kata Bahasa Arab akan menjadi seimbang dengan sumber-sumber literasi umum. Penguasaan kosa kata para santri akan menjadi lebih kaya dengan literatur dari berbagai bahasa, baik Bahasa Arab maupun Bahasa Indonesia.
2. Wawasan dan Pengetahuan Para Santri akan Menjadi Lebih Luas
Dengan banyaknya sumber literasi yang para santri, baik sumber agama maupun umum, pengetahuan dan wawasan para santri akan menjadi lebih luas. Keluasan pengetahuan yang didapat para santri diharapkan akan memberi dampak pada sifat bijak yang dimilikinya.
3. Mengembangkan Daya Pikir Analitis
Keseimbangan antara sumber pengetahuan umum dan sumber pengetahuan agama akan membawa dampak positif juga pada daya pikir analitis para santri. Remaja yang sudah terbiasa dengan pola pikir analitis tentunya akan menjadi modal baik untuk perkembangan masa dewasanya.
4. Kemampuan Memahami Informasi Bacaan akan lebih Terasah
Saat ini banyak sekali sumber-sumber bacaan hoax yang bisa menjerumuskan, tetapi dengan para santri yang membiasakan diri dengan budaya literasi akan lebih terarah dalam menyerap dan memahami segala informasi bacaan.
Yuk Lestarikan Budaya Literasi
Kemajuan negeri ini ada di tangan mereka penerus kita, para remaja. Para remaja saat ini harus disiapkan dengan segala ilmu pengetahuan dan skill mumpuni untuk dapat meneruskan estafet pembangunan negeri.
Melestarikan budaya literasi adalah salah satu dari banyaknya jalan untuk memberi akses para remaja terhadap ilmu pengetahuan. Mereka harus didukung dengan terpenuhinya segala fasilitas dalam mengembangkan kemampuan dalam dunia literasi.
Gerakan literasi dengan dunia pendidikan adalah dua hal yang tidak dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dalam hal mencerdaskan anak bangsa, termasuk para remaja.
Santri yang di dominasi oleh mereka yang berada pada usia remaja adalah salah satu elemen anak bangsa di negeri kita adalah yang harus juga ikut terperhatikan dalam hal literasinya. Keseimbangan dalam mempelajari ilmu agama dengan asupan pengetahuan umum dapat kita dukung dengan membantu apapun dalam penyediaan fasilitas baca tulis mereka sebagai dasar penguatan kemampuan berliterasi.
Maka tak berlebihan rasanya untuk mengucapkan terima kasih kepada pengurus Blogspedia khususnya Teh Simiati Nurwakhidin yang telah mengirimkan paket buku dan juga teman-teman lainnya, serta pihak-pihak yang telah membantu mengirimkan asupan literasi bagi para santri yang keluarga kami bimbing. Dua judul buku baru memang tidak banyak, tetapi lebih dari itu, akan banyak pelajaran dan ilmu dari setiap isi buku tersebut yang dapat para santri serap ilmunya.
Teman-teman yang lain yang juga mau berpartisipasi untuk membantu memajukan pendidikan dan juga budaya literasi, dengan tangan terbuka kami dari keluarga besar pengurus Pondok Pesantren Daarul Ihsan akan menerima infak sedekah berupa sumber bacaan seperti buku-buku, majalah, buletin, atau apa pun yang bisa dimanfaatkan.
Pentingnya budaya literasi bagi para remaja memang tak diragukan lagi urgensinya, termasuk bagi para santri di Pondok Pesantren juga. Mereka adalah Gen-Z yang butuh kita bimbing dan kita arahkan dengan informasi dan ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.
Ini juga yg mah aku biasain ke anak2ku mas. Membiasakan mereka untuk membaca. Apalagi di zaman yg serba digital gini, kdg informasi bisa didapatkan dr mana saja, tapi blm tentu benar. Trus terkadang judul dan isi ga singkron. Banyak yg cuma baca judulnya saja, atau cuma baca setengah trus lgs main kesimpulan.
BalasHapusKrn males membaca pada dasarnya.
Ga pengen anak2ku begitu. Sama kayak papaku dulu, yg ngizinin kami beli buku apa aja setiap bulan,. Intinya buku selalu boleh dibeli tanpa banyak tanya. Tp kalo mainan, beuuhh ditanya dulu detil2nya 😄. Untungnya aku dan adik2 memang lbh milih beli buku drpd yg lain. Kami beruntung di support papa yg juga kutu buku banget.
semoga semua pihak mendukung agar tercipta budaya literasi yang benar-benar membumi ya. Buku, menjadi teman terbaik anak-anak di segala waktu. Aha, jadi bermimpi
BalasHapusSetuju banget bahwa anak santri juga perlu diajari budaya literasi. Meski mereka sibuk dengan bermacam buku pengetahuan yang di pelajari, tetapi dengan membaca buku yang berbeda bisa menambah wawasan dan pengetahuan mereka
BalasHapusDengan buku bisa menambah wawasan, pengetshuan dan membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca memang sebaiknya ditanamkan sejak kecil. Untuk para santri juga demikian, kesukaan membaca akan menambah pengetahuan umum, selain ilmu agama yang dipelajari di pondok.
BalasHapusAlhamdulillah selamat pak selalu konsisten menulis dan setoran paling banyak. Patut dicontoh sama blogger yang lainnya, termasuk aku nih, hehe. Alhamdulillah ya bermanfaat ya bukunya, 2 buku yang bisa jadi jendela membaca bagi santri di pondok pesantren, semoga dengan hadirnya buku ini menambah semangat membaca mereka.
BalasHapusMasya Allah, tabarakallah. Seneng banget masih ada remaja gen z yang semangat baca buku, di saat gempuran video-video pendek, yang justru memperburuk literasi, makin merajalela. Semangat baca santri-santri PP Daarul Ihsan.
BalasHapusAlhamdulillah. Barakallah anak-anak salih. Semoga ilmu dan pengetahuan dari buku-buku itu berkah serta semakin banyak koleksi perpustakaannya
BalasHapusSepakat, literasi itu penting, tidak hanya untuk santri tetapi juga untuk siswa sekolah biasa, Budaya membaca memang harus ditanamkan sedari dini dan itu memang perlu waktu dan pembiasaan, tidak bisa instan
BalasHapusMasyaallah, terimakasih sharingnya pak. lagi bingung saya, mau masukin anak ke pondok..
BalasHapusSharing yang menarik ini. Budaya literasi memang kudu diperhatikan saat ini. Mengingat minat anak-anak pada literasi mulai menurun,. Siapapun itu, tidak hanya santri, yang ga nyantri pun harus ditanamkan tentang budaya literasi ini.
BalasHapusMasyaallah tabarakallah, bukuny bermanfaat scara luas...dgn dbacanya oleh para santri, pembiasaan sangat baik sekali, sdh dbiasakan dgn literasi, yaitu kemmpuan u/ membaca n menulis...smga mereka nnti jg bsa mnerbitkan buku karya mereka
BalasHapus