Sejarah Lahirnya Ilmu Kalam pada Zaman Sahabat Nabi

2 komentar


Setiap ilmu lahir memiliki latar belakang yang mengiringinya. Begitu juga dengan sejarah lahirnya ilmu kalam pada zaman sahabat Nabi Saw, khususnya pada masa Ali bin Abi Thalib yang menjadi cikal bakal berkembangnya ilmu pemikiran tentang akidah atau keimanan umat saat itu dan berkembang sampai saat ini.

Definisi ilmu kalam sendiri dapat dimaknai sebagai ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dengan menggunakan dalil naqliyah dan aqliyah atau dalil tekstual dan juga pemikiran yang rasional.

Perkembangan ilmu kalam menjadikan umat terbagi menjadi beberapa golongan. Banyaknya golongan dalam agama ini menjadikan sebagian menjadikannya sebagai rahmat dengan jalan mentolerirnya, namun tak dipungkiri sebagian fakta bahwa perbedaan dalam sudut pandang ilmu kalam menjadikan ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam menjadi terpecah.

Periode Ali bin Abi Thalib, Titik Sejarah Lahirnya Ilmu Kalam

Nabi Muhammad Saw selama hidupnya tidak hanya berperan sebagai seorang Nabi, tetapi ia juga seorang pemimpin negara, politikus, dan kepala agama. Setelah Nabi wafat, estafet perjuangan dalam setiap bidangnya dilanjutkan oleh sahabat-sahabat terdekat seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Setiap kepemimpinan khalafaur rasyidin memiliki dinamikanya masing-masing mulai dari Abu Bakar sampai Ali bin Abi Thalib. Puncaknya pada masa kepemimpinan khulafaur rasyidin terakhir, Ali bin Abi Thalib, umat Islam mengalami kegoncangan yang salah satunya berdampak pada perkembangan ilmu kalam.

Proses Pemilihan Ali bin Abi Thalib

Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Ustman bin Affan, estafet kekhalifahan dilanjutkan oleh Ali bin Abi Thalib berdasarkan hasil musyawarah para sahabat pada saat itu. Tetapi tiba-tiba datang penolakan dan atau ketidaksetujuan dari Thalhah Bin Zubair yang didukung oleh Aisyah binti Abu Bakar. 

Dari ketidaksetujuan ini lahirlah peperangan yang dikenal dengan perang Jamal. Dalam perang yang berlangsung pada 656 Masehi ini Thalhah bin Zubair dapat dikalahkan dan Ali bin Abi Thalib melanjutkan kekhalifahannya.

Belum reda dari perang Jamal dengan kubu Thalhah bin Zubair, Ali bin Abi Thalib mendapat penolakan kembali dari kubu Muawiyah. Saat itu Muawiyah adalah seorang gubernur di Damaskus .

Peperangan puntak bisa dihindarkan antara dua kubu Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Peperangan ini dikenal dengan nama perang Siffin.

Dalam perang siffin Kubu Muawiyah terdesak dan hampir mengalami kekalahan. Saat dalam kondisi genting dan terdesak salah satu dari kubu Muawiyah, Amr bin Ash mengangkat mushaf qur'an sebagai tanda mengajak berdamai.

Arbitrase Kubu Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah

Tawaran damai dari kubu Muawiyah ditanggapi beragam oleh kubu Ali bin Abi Thalib. Sebagian setuju untuk arbitrase atau penyelesaian ini dan sebagian menolak. Ali bin Abi Thalib memutuskan menerima arbitrase dengan pertimbangan lebih banyak para sahabatnya yang mendukung.

Mediator dalam aribitrase antara dua kubu yang bersengketa diwakili oleh Amr bin Ash dari Muawiyah dan Abu Musa Al-asy'ari dari tim Ali bin Abi Thalib. Sayangnya setelah selesai dengan poin-poin arbitrase yang telah disetujui, Amr bin Ash menghianati perjanjian dan akhirnya merugikan kubu Ali bin Abi Thalib.

Dengan tercorengnya proses arbitrase di antara dua kubu, pendukung Ali bin Abi Thalib pecah menjadi dua golongan. Golongan yang merasa kecewa dengan pilihan arbitrase yang diambil Ali bin Abi Thalib memilih keluar dari kubu Ali dan membuat golongan baru yang disebut dengan khawarij. Golongan yang tetap mendukung Ali bin Abi Thalib tetap setia pada Ali dan dikenal dengan nama Syi'ah.

Lahirlah Ilmu Kalam dan Golongan-golongan Dalam Agama Islam

ilmu kalam

Dua golongan yang lahir karena gagalnya proses arbitrase kubu Ali dan Muawiyah menjadi cikal bakal lahirnya ilmu kalam, terutama pada golongan khawarij. Dengan khawarij memisahkan diri dari tim Ali, mereka mendeklarasikan diri sebagai golongan baru tanpa terikat apapun dengan Ali bin Abi Thalib, termasuk dalam masalah pemikiran-pemikirannya.

Khawarij akhirnya banyak membuat doktrin-doktrin pemikiran baru yang berbeda dari Ali bin Abi Thalib. Proses lahirnya doktrin dari golongan khawarij lahir dari proses pemikiran yang disebut dengan ilmu kalam sehingga pantaslah ilmu kalam disebut sebagai ilmu berpikir dengan mendayagunakan logika dan filsafat.

Khawarij dan Syi'ah adalah dua golongan pertama yang lahir dan kemudian menjadi titik sejarah lahirnya ilmu kalam. Setelah berkembangnya dua golongan ini lahir juga golongan-golongan lain dalam agama Islam dengan doktrin pemikiran masing-masing dengan menggunakan ilmu kalam.

Dalam tataran Islam saat ini contoh golongan besar yang dikenal masyarakat adalah adanya golongan suni dan golongan syi'ah. di Indonesia golongan suni dikenal dengan istilah ahlus sunah wal jamaah. Kedua golongan ini adalah golongan yang lahir dari sejarah panjang ilmu kalam.

Dari sejarah lahirnya ilmu kalam sampai saat ini golongan-golongan ini sebagian besar tetap eksis. Ada yang masih dengan nama yang sama dengan sejarah awalnya, ada juga yang bermetamorfosa dengan nama baru namun tetap memiliki doktrin dasar yang sama dari nama asal golongan tersebut.

Hikmah dari Sejarah Lahirnya Ilmu Kalam

Dari lahirnya ilmu kalam kita bisa mengambil hikmah bahwa memang perbedaan itu adalah sunatullah dan kita tidak akan bisa menghindarinya. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menanggapi sebuah perbedaan dalam kehidupan kita.

Jika perbedaan yang kita temui dalam sudut pandang ilmu fikih, maka jelas kita harus mentolerirnya karena kita paham bahwa fikih adalah masalah pilihan. Toleransi ini yang mudah-mudahan termasuk pada konsep apa yang terdapat dalam hadist Ikhtilafu Ummati Rahma 

perbedaan adalah rahmat

Namun jika yang membedakan adalah masalah akidah, maka memang kita harus memiliki batasan-batasan agar kita tidak tidak berlebihan berinteraksi atas nama toleransi sehingga kita terjerumus sadar tak sadar pada akidah imani atau kepercayaan yang dipahami oleh orang lain. Wallahu a'lam.

Related Posts

2 komentar

  1. Siti zenab : artikel ini menenakan pesan toleransi terhadap perbedaan dlam islam terutama dalam masalah fikih namun dalm masalah akidah diperluakn -batasan agar tidak terjerumus dalam keprcayaan yamg meyimpang

    BalasHapus
  2. Ilmu Kalam memiliki kaitan erat dengan Ilmu Filsafat, Tasawuf, dan Fikih karena ketiganya saling melengkapi dan memperkaya pemahaman tentang agama, kehidupan, dan realitas. Berikut adalah hubungan antara Ilmu Kalam dengan ketiga disiplin ilmu tersebut:

    Hubungan dengan Ilmu Filsafat
    1. *Konsep Ketuhanan*: Ilmu Kalam dan Filsafat sama-sama membahas konsep ketuhanan, keberadaan Tuhan, dan sifat-sifat-Nya.
    2. *Logika dan Argumentasi*: Ilmu Kalam menggunakan logika dan argumentasi untuk membahas konsep-konsep agama, mirip dengan Filsafat.
    3. *Kritik dan Analisis*: Keduanya melibatkan kritik dan analisis terhadap konsep-konsep dan ide-ide.

    Hubungan dengan Tasawuf
    1. *Pemahaman Spiritual*: Ilmu Kalam dan Tasawuf sama-sama mencari pemahaman spiritual tentang Tuhan dan kehidupan.
    2. *Konsep Ma'rifa*: Tasawuf menekankan pentingnya ma'rifa (pengetahuan spiritual), yang juga dibahas dalam Ilmu Kalam.
    3. *Kesadaran Spiritual*: Keduanya membantu meningkatkan kesadaran spiritual dan hubungan dengan Tuhan.

    Hubungan dengan Fikih
    1. *Sumber Hukum*: Ilmu Kalam dan Fikih sama-sama menggunakan Al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber hukum dan pedoman.
    2. *Konsep Syariah*: Ilmu Kalam membahas konsep syariah dan hukum Islam, yang juga menjadi fokus Fikih.
    3. *Penerapan Hukum*: Keduanya membahas penerapan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.

    Perbedaan
    1. *Fokus*: Ilmu Kalam fokus pada teologi dan konsep ketuhanan, Filsafat pada logika dan argumentasi, Tasawuf pada spiritualitas, dan Fikih pada hukum dan syariah.
    2. *Metode*: Ilmu Kalam menggunakan metode teologis, Filsafat menggunakan metode logis, Tasawuf menggunakan metode spiritual, dan Fikih menggunakan metode yuridis.
    3. *Tujuan*: Ilmu Kalam bertujuan memperkuat iman, Filsafat bertujuan mencari kebenaran, Tasawuf bertujuan mencapai kesadaran spiritual, dan Fikih bertujuan menerapkan hukum Islam.

    Sumber
    1. "Ilmu Kalam" oleh Imam Al-Ghazali.
    2. "Filsafat Islam" oleh Prof. Dr. H. Mahmud Yunus.
    3. "Tasawuf Islam" oleh Prof. Dr. H. Abdul Halim Mahmud.
    4. "Fikih Islam" oleh Imam Syafi'i.

    Apakah Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang hubungan antara Ilmu Kalam dengan Ilmu Filsafat, Tasawuf, dan Fikih?

    BalasHapus

Posting Komentar