Contoh Hadits Palsu yang Populer di Masyarakat

Posting Komentar

Contoh Hadits Palsu yang Populer

Sadar tak sadar saat ini banyak hadist palsu yang populer di tengah masyarakat, diyakini, dan diamalkan apa yang menjadi titah didalamnya. Tentunya ini menjadi sesuatu yang tidak baik untuk dibiarkan. Masyarakat harus teredukasi dengan ilmu hadist agar dapat memahami mana hadist shoheh, lemah, dan juga yang palsu.

Apa saja contoh hadist palsu yang populer di masyarakat? Kali ini kita akan memberikan beberapa contohnya untuk teman-teman, mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran untuk lebih semangat lagi mencari informasi dan belajar tentang ilmu dalam agama, yang salah satunya adalah ilmu hadist.

Apa Itu Hadist?

Secara bahasa hadist dapat dimaknai sebagai kabar atau berita. Dalam definisi yang lebih jelas hadist diartikan sebagai perkataan, perbuatan, keadaan, pengakuan, dan sifat yang dinisbahkan yang datang dari Nabi Muhammad Saw. 

Ilmu yang mempelajari hadist ini disebut dengan Ilmu Hadist. Dalam Ilmu Hadist dipelajari tentang sejarah pengumpulan, penafisran, penelitian, dan juga penerapan hadist. Ada juga pembelajaran tentang beberapa konsep dalam hadist seperti sanad dan matan. Sanad adalah rantai perawi hadist, sedangkan matan berkonsentrasi pada ilmu yang mempelajari isi hadist. 

Contoh Hadist Palsu yang Populer

Hadist adalah petunjuk kedua setelah Qur'an dalam menjalankan kehidupan beragama sehari-hari umat Islam. Namun dalam perkembangannya kita tahu bahwa hadits memiliki derajatnya masing-masing.

Secara garis besar ada hadist yang telah diyakini kebenarannya oleh para ulama sebagai perkataan-perkataan dari Nabi, ada juga hadist yang isinya masuk kategori lemah, dan ada juga hadist-hadist yang masuk dalam kategori hadist palsu. Untuk kategori yang terakhir ini yang harus dihati-hatikan, jangan sampai kita merasa menjalankan apa yang menjadi sunah Nabi dengan mengamalkan hadistnya, ternyata zonk karena hadist tersebut termasuk hadist palsu yang berarti bukan perkataan dan perbuatan Nabi sama sekali.

Berikut beberapa contoh hadist palsu yang populer di tengah-tengah masyarakat

1. Hadist tentang Keutamaan Bulan Rajab

إِنَّ رَجَب شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ، وَرَمَضَانَ شَهْرَ أُمَّتِي

Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya’ban itu bulanku, dan Ramadhan itu bulan ummatku.

Salah satu contoh hadist palsu yang populer di masyarakat kita adalah tentang keutamaan bulan Rajab. Bulan Rajab sendiri dalam kalender Islam adalah bulan yang diyakini sebagai bulan Allah memerintahkan ibadah salat 5 waktu kepada umat Islam yang dalam sejarahnya titah tersebut disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui peristiwa Isra Mi'raj.

Potongan hadist di atas tentang keutamaan bulan Rajab dihukumi sebagai hadist palsu oleh banyak ulama. Menurut informasi di laman Pusat Kajian Hadist, hadist di atas diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi dalam kitab al-Maudu’at dari Muhammad ibn Nasir al-Hafiz.

2. Hadist tentang Bulan Ramadan yang Terbagi 3 Fase

أبي هريرة : أول شهر رمضان رحمة، وأوسطه مغفرة، وآخره عتق من النار. رواه ابن أبي الدنيا والخطيب وابن عساكر.

Dari Abu Hurariah, Ramadhan itu adalah bulan yang awalnya penuh dengan rahmat. Di pertengahannya penuh dengan ampunan. Dan, di ujungnya pembebasan dari api neraka.” (HR Ibnu Abi Dunya dan Ibnu 'Asakir)

Contoh selanjutnya dari hadist palsu yang populer di masyarakat adalah hadist tentang pembagian atau fase bulan Ramadan yang terbagi 3. Hadist ini lumayan populer dan sering sekali disampaikan oleh para penceramah di bulan Ramadhan.

Selain diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir, hadist ini juga diriwayatkan oleh Al-'Uqaili dalam kitab yang membahas khusus hadist-hadist dha'if yang bernama kitab Adh-Dhu'afa'. Perawi lain yang meriwayatkan hadist ini adalah Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu Baghdad.

Sebagian besar para ulama mengatakan bahwa hadist ini adalah hadist palsu, sedangkan Imam Suyuthi berpendapat bahwa hadist tentang 3 fase bulan Ramadan ini adalah dhoif atau lemah.

3. Hadist Tentang Keutamaan Puasa Sunah di Bulan Sya'ban

عَنْ أَنَسٍ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَصَدَقَةُ بْنُ مُوسَى لَيْسَ عِنْدَهُمْ بِذَاكَ الْقَوِيِّ

Dari Anas dia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadlan, Nabi SAW menjawab: “Bulan Sya’ban untuk memuliakan Ramadlan, ” Beliau ditanya lagi, lalu Shadaqah apa yang paling utama? Beliau menjawab: “Shadaqah di bulan Ramadlan.” Abu ‘Isa berkata, ini adalah hadits gharib dan menurut ahlul hadits Shadaqah bin Musa bukanlah rawi yang kuat.

Hadist tentang keutamaan puasa sunah di Bulan Sya'ban ini diyakini sebagai hadist palsu. Sebagian ulama ada yang meyakini sebagai hadist dhoif atau lemah sehingga banyak yang tetap membolehkan puasa sunah di bulan Sya'ban karena duyakini Nabi pun melakukan puasa sunah di bulan tersebut.

4. Hadist tentang Keutamaan Mencari Ilmu sampai ke China

اطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم

Carilah ilmu meskipun di negeri Cina, karena mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.

Menurut informasi dari situs Majlis Ulama Indonesia atau MUI, hadist tentang mencari ilmu ke China ini termasuk hadist yang palsu. Tingkat kepalsuan hadist ini terletak dari sisi perawi atau periwayatnya yaitu Abu Atikah Tanif bin Sulaiman yang dikenal sebagai periwayat hadist palsu.

Tentu boleh saja mencari ilmu ke mana pun, termasuk ke China, karena mencari ilmu itu memang hukumnya wajib. Tapi yang dapat kita simpulkan dari palsunya hadist di atas adalah bahwa Nabi tidak pernah menspesifikasikan untuk mencari ilmu ke negeri China.

Penyebab Munculnya Hadist Palsu

Banyak hal yang menyebabkan hadirnya hadist palsu di masyarakat. Salah satunya karena adanya rekaan kata-kata dari orang yang mengaku sebagai periwayat hadist.

Orang-orang yang membuat rekaan hadist ini akhirnya banyak dikenal oleh para ulama sebagai pemalsu hadist. Bahkan keberanian mereka dalam memalsukan hadist ini sampai berani membuat sanad rekaan sampai pada Nabi Muhammad Saw.

Hikmah yang dapat kita ambil dari adanya contoh hadist palsu yang populer ini adalah keharusan dalam berhati-hati dalam mengamalkan hadist. Langkah preventifnya adalah dengan belajar dengan baik ilmu hadist atau setidaknya menanyakan kepada orang-orang yang paham di bidangnya tentang kesohehan hadist yang kita baca atau pelajari.

Mudah-mudahan apa-apa yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dari apa-apa yang menjadi sunah Nabi dan digambarkan melalui hadist-hadist yang disepakati oleh ulama sebagai hadis yang soheh atau kuat. Aamiin ya robbal aalamiin.

Related Posts

Posting Komentar